Corona virus adalah virus yang ditemukan pertama di Wuhan, Cina. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan sistem pernafasan. Dalam hitungan bulan saja, virus ini sudah menyebar ke 103 negara di dunia. Pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan bahwa ini adalah ancaman kesehatan dunia. Lebih dari 207.000 kasus terkonfirmasi virus ini. Virus ini tidak hanya mematikan untuk kesehatan manusia, namun juga membunuh industry perekonomian secara global. Termasuk industri pariwisata juga terkena dampak yang besar dari virus ini karena manusia adalah pemeran penting dalam industri ini.
Berikut adalah daftar negara yang telah memberlakukan karantina masal hingga lockdown di negaranya:
Ø China
Ø Denmark
Ø El Salvador
Ø France
Ø Ireland
Ø Italy
Ø New Zealand
Ø Poland
Ø Spain
Virus Corona selain membawa kerugian dalam sector kesehatan virus ini juga membawa dampak untuk perekonomian secara global.
Kali ini kita akan membahas 3 negara yang paling banyak kasus virus corona ini dan dampaknya di industri pariwisata.
1. China
China adalah negara nomer satu yang paling banyak kasus terkonfirmasi virus corona dan ternyata ini juga berdampak kepada industri pariwisata di sana.
Berikut adalah grafik wisatawan yang menginap di China, dan terlihat jelas bahwa terjadi penurunan yang signifikan.
Wisatawan menurun maka stakeholders seperti masyarakat lokal, pedagang, hotel dan penginapan, travel agent, pemerintah akan sangat dirugikan dengan hal ini. Apalagi sekarang China telah memberlakukan larangan masuk dan keluar bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Bandara di Hongkong sepi semenjak munculnya COVID-19
Wisawaan Tiongkok melakukan 150 juta perjalanan keluar pada 2018, menghabiskan $ 277 miliar untuk perjalanan mereka ke luar negeri, menurut Organisasi Perdagangan Dunia PBB.
Di seluruh Asia, gelombang kedatangan turis Tiongkok telah menjadi anugerah. Tahun lalu, 10 tujuan teratas untuk pelancong Tiongkok daratan semuanya di Asia, menurut China Outbound Tourism Research. Itu berarti tempat-tempat seperti Thailand, Jepang, Korea Selatan dan Vietnam memiliki banyak kerugian dari wabah virus ini juga Hong Kong dan Makau, keduanya tujuan utama bagi wisatawan
Ekonomi Pariwisata menurunkan perkiraan 2020 untuk keberangkatan Cina karena coronavirus. Perusahaan mengatakan bahwa jika wabah berlangsung lebih lama dan lebih parah daripada krisis SARS 2003, itu dapat menyebabkan kerugian $ 73 miliar.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional mengatakan negara-negara yang paling tekena dampak dari China yang di lockdown adalah Jepang dan Thailand.
Organisasi memperkirakan awal bulan ini bahwa Jepang dapat kehilangan $ 1,29 miliar dalam pendapatan pariwisata, diikuti oleh Thailand pada $ 1,15 miliar.
2. Italia
Italia adalah salah satu negara yang menjadi Most visited destinations by international tourist arrivals oleh forbes.com. Namun kini Italia harus menghadapi krisis yang luar biasa akibat dari Virus Corona. Italia adalah negara ke-2 setelah China yang memiliki kasus Corona terbanyak di dunia.
"Ini adalah krisis terburuk yang harus dihadapi Italia sejak akhir Perang Dunia Kedua," kata Emanuele Felice, profesor sejarah ekonomi di Universitas Chieti-Pescara, dan penasihat ekonomi Partai Demokrat.
Setelah konferensi pers dramatis yang diikuti oleh jutaan orang Italia pada Senin malam, Conte menandatangani keputusan yang disebut "Io Sto a Casa" [I Stay at Home], yang melarang orang Italia meninggalkan rumah mereka kecuali untuk alasan pekerjaan, kesehatan dan darurat.
Lockdown Italia sangat berdampak pada beberapa sektor utama ekonomi Italia, terutama pariwisata karena adanya travel banned untuk turis asing dan Italia hingga 3 April.
|
photo by https://idnthemes.com |
Penyemprotan desinfektan di Venice Italy
3. Singapura
Kemudian salah satu negara lain yang terpapar oleh virus ini adalah Singapura. Seperti yang kita ketahui Bersama bahwa Singapura adalah negara yang terkenal dengan liburan yang eksklusif berserta MICE. Pemerintah Singapura mengambil langkah bijak dan tanggap mengenai masalah COVID-19 ini yaitu dengan menerapkan kebijakan sebagai berikut:
Ø Pengunjung yang bepergian dari negara Tiongkok, Iran, Korea Selatan, Italia, Perancis, Spanyol, dan Jerman:
a) Semua pengunjung dengan riwayat perjalanan dari daratan Tiongkok Daratan, Iran, Korea Selatan, Italia, Perancis, Spanyol dan Jerman dalam kurun waktu 14 hari terakhir tidak akan diizinkan untuk memasuki Singapura, maupun transit melalui Singapura.
b) Imigrasi dan Checkpoints Authority (ICA) Singapura telah menangguhkan semua bentuk penerbitan visa baru bagi pemegang paspor Tiongkok dan Iran.
c) Penerbitan visa jangka pendek dan multiple-visit yang sudah diterbitkan sebelumnya untuk pemegang paspor Tiongkok dan Iran juga sudah ditangguhkan. Dalam periode penangguhan ini, pemegang paspor dari kedua negara tersebut tidak akan diizinkan untuk memasuki Singapura.
Ø Sejak 16 Maret 2020, pukul 23.59, semua wisatawan yang memasuki Singapura dengan riwayat perjalanan dari negara-negara ASEAN2, Jepang, Swiss atau United Kingdom dalam kurun waktu 14 hari terakhir, akan diberikan 14 hari Stay Home Notice (SHN)3 atau berdiam diri di rumah/ penginapan.
Ø Selain dari permintaan untuk SHN seperti yang telah disebutkan di atas, terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020 pukul 23.59, semua pengunjung jangka pendek yang merupakan warga negara ASEAN, disyaratkan untuk mengajukan surat keterangan kesehatan kepada Kedutaan Besar Singapura yang berlokasi di negara kediaman wisatawan tersebut sebelum waktu keberangkatan. Pengajuan tersebut harus disetujui oleh Kementerian Kesehatan Singapura (Singapore’s Ministry of Health (MOH)) sebelum wisatawan melakukan perjalanan ke Singapura, di mana akan diverifikasi kembali oleh petugas Immigration and Checkpoints Authority (ICA) pada pos pemeriksaan Singapura (Singapore checkpoints). Pengunjung jangka pendek yang tiba di Singapura tanpa persetujuan yang dibutuhkan, akan ditolak untuk memasuki Singapura. Oleh sebab itu, mereka disarankan untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum melakukan pemesanan untuk perjalanan yang pasti.
Ø Wisatawan yang memasuki Singapura dan menunjukkan demam dan/atau gejala penyakit pernafasan diminta untuk menjalani tes swab COVID-19 pada pos pemeriksaan Singapura, apapun riwayat perjalanan mereka. Semua wisatawan tersebut akan diberikan SHN (Stay Home Notice) yang wajib dilakukan sesuai waktu yang ditentukan meski hasil tes swab menunjukkan negatif. Sedang, untuk wisatawan yang terindikasi sebagai suspek COVID-19, akan dibawa ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut. Singapura juga akan meniadakan kapal pesiar yang akan berlabuh.
Ø Wisatawan lainnya harus memantau kesehatannya secara seksama selama 2 minggu sejak memasuki Singapura. Wisatawan tersebut harus segera mencari pertolongan medis apabila merasakan kondisi yang kurang sehat, dan memberikan informasi kepada dokter mengenai riwayat perjalanannya. Jika merasa demam atau mengalami gejala pernapasan (seperti batuk, pilek), wisatawan harus menggunakan masker dan menghubungi klinik terdekat.
Ø Apabila Anda berada di Singapura, Anda dapat melakukan peran Anda dengan menjaga kebersihan personal dan memonitor kesehatan Anda. Informasi lebih lanjut mengenai bagaimana cara mengadakan perjalanan dengan bertanggung jawab dapat ditemukan di sini: https://www.visitsingapore.com/travel-guide-tips/travel-responsibly/. Untuk membantu rencana perjalanan Anda, silakan kunjungi situs Kementerian Kesehatan Singapura (https://www.moh.gov.sg) secara regular untuk perkembangan terkini.
Ini adalah salah satu kebijakan yang sangat amat baik terkait untuk mencegah dan menanggulangi dari COVID-19 dengan melakukan pembatasan dan larangan. Karena pemerintah Singapura telah memperkirakan dampak terburuk dari virus ini. Namun walaupun kebijakan-kebijakan tersebut telah dibuat tetap ada COVID-19 di negara ini. Tapi paling tidak hal ini dapat mengontrol dan mencegah jumlah yang mungkin akan bertambah.
Dampak Global
Ø World Travel and Tourism Council telah memperingatkan pandemi COVID-19 dapat merenggut 50 juta pekerjaan di seluruh dunia dalam industri perjalanan dan pariwisata.
Ø Asia diperkirakan akan terkena dampak terburuk.
Ø Setelah wabah selesai, mungkin diperlukan hingga 10 bulan bagi industri untuk pulih.
Ø Industri pariwisata saat ini menyumbang 10% dari PDB global.
Ø Epidemi coronavirus menempatkan hingga 50 juta pekerjaan di sektor perjalanan dan pariwisata global dalam risiko, dengan perjalanan cenderung menurun seperempat tahun ini, Asia menjadi benua yang paling terkena dampaknya.
Kesimpulan
Penanggulangan dan pencegahan bukanlah tanggung jawab dari satu atau dua pihak saja, namun ini adalah tanggung jawab kita besama-sama untuk memutus rantai dari virus ini. Seperti yang telah kita lihat di atas bahwa ini adalah sesuatu yang tidak dapat kita remehkan. Untuk itu tetap ikuti regulasi dari pemerintah dan tetap waspada agar tidak bertambah lagi dampak dari virus ini.
Dalam sektor pariwisata untuk mencegah dan menanggulangi COVID-19 agar tidak menyebar lebih luas lagi secara efektif adalah dengan membuat kebijakan dan regulasi. Industri pariwisata adalah industri yang sangat rentan, untuk itu krisis penyebaran penyakit pandemic seperti ini tidak boleh dianggap remeh. Bisa diambil contoh dari negara Singapura yang memberlakukan yang secara tegas memberlakukan tourist restriction and travel banned untuk menghindari penyebaran yang lebih luas.
Tinjauan pustaka
More From Author
2020